lagu

Selasa, 06 Maret 2012

Kesan dan Pesan

Kesan dan Pesan :

Pertama kami berada di smp 9 , kami merasa bangga karena kami sudah bersaing dengan ribuan anak dari wilayah Surabaya
semenjak disini , kita mendapatkan teman-teman baru , dan kita mengalami bebagai pengalaman baru , pertama KTS kelas 7 , kami mengunjungi beberapa tempat yaitu , peternakan lebah dan jatim park satu
Di peternakan lebah kami mendapatkan informasi tentang jenis jenis lebah .
disana kami juga diberi minuman teh madu dan madu yg masih ada sarang lebahnya
Setelah beberapa jam disana , kami menuju ke jatim park 1 di Batu,Malang .

Kedua
Akhirnya kami menginjak ke kelas 9 dan kami merasakan ketegangan menjelang UNAS , beberapa hari ini kami melaksanakan Ujian Praktek Sekolah , kami mempersiapkan segala keperluan yang kita gunakan dalam ujian praktek termasuk Ujian Praktek TIK.

Pesan dari kami untuk adik adik kelas 7 dan 8
Belajarlah mulai sekarang , karena kelulusan tidak berdasarkan nilai UN saja , tapi juga berdasarkan nilai raport

Sekian dan Terima Kasih :)

visi dan misi SMPN 9 Surabaya

VISI 1. Unggul ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi dengan berlandaskan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa MISI 1. Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dengan berdasarkan IPTEK dan IMTAQ 2. Meningkatkan proses pendidikan melalui pembelajaran yang berkualitas dan berdaya guna 3. meningkatkan kedisiplinan beringkat kependidikan di lingkup sekolah sehingga terwujud rasa tanggung jawab menuju keberhasilan pendidik yang berkualitas 4. Mengutamakan dan memupuk rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar sehingga terjaga kelestarian dan keseimbangan hidup
Charly_ST12_-_Lagu_Untuk_Merapi.mp3

pulau es terpisah dari gletset


video kutub utara mencair


video animasion Global Warming


Gambar Global Warming




Senin, 05 Maret 2012

MENGUKUR PEMANASAN GLOBAL DAN MODEL IKLIM (FITRI)


Mengukur pemanasan global

Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[15]
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
Model iklim

Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model iklim global
Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdas
arkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat. Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini. Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.

Bencana Besar Akibat Global Warming (ANTOK)

Bencana Besar Akibat Global Warming
             1. Gletser adalah daratan yang terbuat dari es
             2. Pulau Tenggelam karena mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis.
             3. Badai karena suhu air yang menghangat dari Global Warming
             4. Gelombang Panas
             5. Kekeringan
             6. Perang dan Konflik
             7. Penyakit Merajalela
             8. Perekonomian kacau
             9. Ekosistem Hancur
            10. Mahkluk hidup punah

Pengendalian pemanasan global (IZZATUR)

Pengendalian pemanasan global

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

[sunting] Menghilangkan karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

[sunting] Persetujuan internasional

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.

GLOBAL WARMING MEMPERCEPAT PENYEBARAN PENYAKIT(DIAH)


Global Warming mempercepat penyebaran penyakit
Pemanasan Global saat ini sudah mencapai taraf yang mencemaskan. Namun bahaya laten lain yang perlu kita waspadai adalah naiknya temperatur bumi ini akan berakibat pada banyaknya pandemik microba – microba dan juga virus – virus mulai menyebar di lingkungan manusia maupun hewan.


1. Avian Influenza

Seperti influenza pada manusia, virus avian influenza terjadi secara alamiah pada burung liar, namun tidak membahayakan. Virus ini masuk ke burung melalui feses dan hasil sekresi. Unggas dapat menularkan virus dari burung peliharaan ataupun burung yang liar. Tingginya tingkat patogen dari penyakit H5NI merupakan perhatian utama bagi pemerintah dan organisasi kesehatan saat ini, karena sangat mematikan bagi burung liar, manusia. Bahkan penularan virus yang semula hanya dari burung ke manusia dapat meningkat dari manusia ke manusia. Perpindahan H5N1 dari negara ke negara biasanya dari perdagangan unggas. Namun perubahan iklim seperti badai salju yang parah dapat mengganggu perpindahan normal burung liar dan dapat membawa populasi kedua burung liar dan peliharaan ini menuju sumber air yang dekat dengan manusia.


2. Kolera
Kolera adalah penyakit diare disebabkan oleh air yang mempengaruhi manusia terutama di negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh bakteri, Vibrio cholera, yang bertahan dalam organisme kecil di sumber air yang terkontaminasi dan mungkin juga muncul dalam bentuk kerang mentah seperti tiram. Setelah terinfeksi, kolera dengan cepat menjadi mematikan. Hal ini sangat bergantung pada temperatur, dan kenaikan suhu air secara langsung.

3. Ebola
Virus Ebola merupakan virus demam berdarah dan sangat dekat dengan demam virus Marburg yang mudah membunuh manusia, gorila, dan simpanse, dan saat ini belum bisa disembuhkan. Para ilmuwan terus bekerja untuk menemukan sumber penyakit dan untuk mengembangkan vaksin untuk perlindungan. Ada bukti yang signifikan bahwa wabah kedua penyakit yang berhubungan dengan variasi yang tidak biasa dalam curah hujan / pola musim kemarau. Seperti perubahan iklim dan musim yang ekstrim.

4. Parasit eksternal dan Usus
Parasit yang secara meluas hidup di seluruh lingkungan terestrial dan perairan. Pada suhu dan curah hujan dengan tingkat pergeseran musim yang tinggi, kelangsungan hidup parasit dalam lingkungan akan meningkat di banyak tempat, terjadi peningkatan infeksi jumlah manusia dan hewan. Banyak jenis parasit yang zoonosis, tersebar antara satwa liar dan manusia. Nematoda, Baylisascaris procyonis, disebarkan oleh rakun umum dan sangat mematikan bagi banyak spesies lain satwa liar dan manusia.

5. Wabah
Wabah, pestis Yersinia – salah satu penyakit menular tertua yang dikenal-masih menyebabkan tingkat kematian yang signifikan dalam satwa liar, hewan domestik, dan manusia di lokasi tertentu. Wabah ini disebarkan oleh tikus dan kutu. Perubahan dalam suhu dan curah hujan mengubah distribusi populasi tikus di seluruh dunia, yang akan berdampak pada berbagai penyakit hewan pengerat kelahiran seperti wabah


6. Rift Valley Fever
Demam virus Rift Valley (RVFV) adalah penyakit zoonosis yang muncul menggangu kesehatan publik secara signifikan, ketahanan pangan, dan kepentingan ekonomi secara keseluruhan, khususnya di Afrika dan Timur Tengah. Pada ternak yang terinfeksi seperti sapi, domba, kambing dan unta, aborsi dan tingkat kematian yang tinggi adalah merupakan hal yang biasa. Pada orang (yang bisa terinveksi virus dari menyembelih hewan yang terinfeksi), penyakit ini bisa berakibat fatal. Mengingat peranan nyamuk dalam penularan virus, perubahan iklim terus dikaitkan dengan kekhawatiran penyebaran RVFV.

7. Tuberkulosis
Tuberkulosis sapi menyebar melalui perpindahan ternak di seluruh dunia. Sekarang memiliki distribusi global dan bermasalah terutama di Afrika, di mana ia diperkenalkan oleh ternak Eropa di tahun 1800-an. Penyakit ini menginfeksi populasi satwa liar penting, seperti kerbau dan singa di Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan, di mana pariwisata merupakan bagian integral dari ekonomi lokal. Penyakit ini juga menginfeksi manusia di Afrika selatan melalui konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi. Bentuk tuberkulosis manusia juga dapat menginfeksi binatang liar. Dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air karena kekeringan cenderung meningkatkan kontak satwa liar dan ternak pada sumber air yang terbatas, mengakibatkan meningkatnya penularan penyakit antara ternak dan satwa liar dan ternak dan manusia.

8. Demam kuning
Ditemukan di daerah tropis Afrika dan bagian dari Amerika Tengah dan Selatan, virus ini dibawa oleh nyamuk, yang akan menyebar ke daerah baru sebagai perubahan suhu dan tingkat curah hujan di atas ambang normal. Salah satu jenis demam virus kuning hutan dapat menyebar dari primata ke manusia dan sebaliknya melalui nyamuk yang memakan darah manusia dan primata. Wabah terbaru di Brazil dan Argentina memiliki dampak yang menghancurkan pada populasi primata liar. Di beberapa negara di Amerika Selatan, pemantauan primata liar telah menghasilkan deteksi dini dari aktivitas penyakit dan memungkinkan untuk program vaksinasi serta harus cepat diterapkan untuk melindungi manusia.

EFEK RUMAH KACA (FARIZ)


Posted on .
“Efek rumah kaca” sering mendapat reputasi buruk karena hubungannya dengan pemanasan global, tetapi kenyataannya adalah kita tidak bisa hidup tanpa itu.
Apa Penyebab Efek rumah kaca?
Kehidupan di bumi tergantung pada energi dari matahari. Sekitar 30 persen dari sinar matahari yang balok menuju Bumi dibelokkan oleh suasana luar dan tersebar kembali ke ruang angkasa. Sisanya mencapai permukaan planet dan tercermin ke atas lagi sebagai jenis yang bergerak lamban energi yang disebut radiasi inframerah.
Panas yang disebabkan oleh radiasi inframerah diserap oleh “gas rumah kaca” seperti uap air, karbon dioksida, ozon dan metana, yang memperlambat lolos dari atmosfir.
Meskipun gas rumah kaca membuat hanya sekitar 1 persen dari atmosfer bumi, mereka mengatur iklim kita dengan menjebak panas dan memegangnya di semacam selimut yang hangat-udara yang mengelilingi planet ini.
Fenomena ini adalah apa yang para ilmuwan sebut “efek rumah kaca.” Tanpa itu, ilmuwan memperkirakan bahwa suhu rata-rata di Bumi akan dingin sekitar 30 derajat Celcius (54 derajat Fahrenheit), terlalu dingin untuk mempertahankan ekosistem kita saat ini.
Bagaimana Manusia Kontribusi Efek Rumah Kaca?
Sedangkan efek rumah kaca merupakan prasyarat lingkungan penting bagi kehidupan di Bumi, ada benar-benar dapat terlalu banyak hal yang baik.
Masalah dimulai ketika aktivitas manusia mendistorsi dan mempercepat proses alami dengan menciptakan gas rumah kaca di atmosfer lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk menghangatkan planet ini ke suhu yang ideal.
  • Pembakaran gas alam, batubara dan minyak termasuk bensin untuk mobil mesin-meningkatkan tingkat karbon dioksida di atmosfer.
  • Beberapa praktek pertanian dan perubahan pemanfaatan lahan meningkatkan kadar metana dan dinitrogen oksida.
  • Banyak pabrik memproduksi tahan lama gas industri yang tidak terjadi secara alami, namun memberikan kontribusi yang signifikan pada efek rumah kaca ditingkatkan dan “pemanasan global” yang sedang berjalan.
  • Deforestasi juga berkontribusi terhadap pemanasan global. Pohon menggunakan karbon dioksida dan melepaskan oksigen pada tempatnya, yang membantu untuk menciptakan keseimbangan yang optimal gas di atmosfer. Karena hutan lebih dicatat untuk kayu atau ditebang untuk membuat jalan untuk pertanian, namun ada pohon lebih sedikit untuk menjalankan fungsi ini kritis.
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor lain dalam pemanasan global, karena sebagai orang lebih banyak menggunakan bahan bakar fosil untuk panas, transportasi dan manufaktur tingkat gas rumah kaca terus meningkat. Seperti pertanian yang lebih terjadi untuk memberi makan jutaan orang baru, gas rumah kaca lebih memasuki atmosfer.
Akhirnya, gas rumah kaca lebih berarti lebih banyak radiasi inframerah terjebak dan ditahan, yang secara bertahap meningkatkan suhu permukaan bumi dan udara di atmosfer yang lebih rendah.
Para Suhu global rata-rata adalah Meningkatkan Cepat
Saat ini, peningkatan suhu bumi meningkat dengan kecepatan belum pernah terjadi sebelumnya. Untuk memahami betapa cepat pemanasan global mempercepat, pertimbangkan ini:
Selama abad ke-20 seluruh, suhu global rata-rata meningkat sekitar 0,6 derajat Celsius (sedikit lebih dari 1 derajat Fahrenheit).
Menggunakan model komputer iklim, para ilmuwan memperkirakan bahwa pada tahun 2100 suhu rata-rata global akan meningkat 1,4 derajat sampai 5,8 derajat Celcius (sekitar 2,5 derajat ke 10,5 derajat Fahrenheit).

Tidak Semua ilmuwan Setuju

Sementara mayoritas ilmuwan mainstream setuju bahwa pemanasan global adalah masalah serius yang terus berkembang lebih buruk, ada beberapa yang tidak setuju. John Christy, seorang profesor dan direktur Pusat Ilmu Sistem Bumi di Universitas Alabama di Huntsville adalah klimatologi dihormati yang berpendapat bahwa pemanasan global tidak perlu dicemaskan.
Christy mencapai berpendapat bahwa setelah menganalisis jutaan pengukuran dari satelit cuaca dalam upaya untuk menemukan tren suhu global. Dia tidak menemukan tanda-tanda pemanasan global di data satelit, dan sekarang percaya bahwa prediksi pemanasan global sebanyak 10 derajat Fahrenheit pada akhir abad 21 adalah tidak benar.
Para ilmuwan setuju bahwa bahkan peningkatan kecil pada suhu global akan menyebabkan iklim yang signifikan dan perubahan cuaca, yang mempengaruhi cakupan awan, curah hujan, pola angin, frekuensi dan intensitas badai, dan durasi musim.
Meningkatnya suhu akan menaikkan permukaan laut juga, mengurangi pasokan air tawar sebagai banjir terjadi di sepanjang garis pantai di seluruh dunia dan air garam mencapai daratan.
Banyak spesies terancam punah di dunia akan punah karena suhu yang meningkat mengubah habitat mereka.
Jutaan orang juga akan terpengaruh, terutama orang-orang miskin yang tinggal di lokasi yang berbahaya atau tergantung pada lahan untuk hidup subsisten.
Penyakit vector-borne tertentu dilakukan oleh hewan atau serangga, seperti malaria, akan menjadi lebih luas sebagai kondisi hangat memperluas jangkauan mereka.
Emisi Karbon Dioksida adalah Masalah Terbesar
Saat ini, rekening karbon dioksida lebih dari 60 persen dari efek rumah kaca ditingkatkan yang disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca, dan tingkat karbon dioksida di atmosfer meningkat dengan lebih dari 10 persen setiap 20 tahun.
Jika emisi karbon dioksida terus tumbuh pada tingkat saat ini, maka tingkat gas di atmosfer kemungkinan akan berlipat ganda, atau mungkin bahkan tiga kali lipat, dari tingkat pra-industri selama abad ke-21.
Perubahan Iklim yang Tak Terelakkan
Menurut PBB, beberapa perubahan iklim sudah tak terelakkan karena emisi yang terjadi sejak awal Era Industri.
Sementara iklim bumi tidak merespon dengan cepat terhadap perubahan eksternal, banyak ilmuwan percaya bahwa pemanasan global sudah memiliki momentum penting karena 150 tahun industrialisasi di banyak negara di seluruh dunia. Akibatnya, pemanasan global akan terus mempengaruhi kehidupan di Bumi selama ratusan tahun, bahkan jika emisi gas rumah kaca berkurang dan peningkatan kadar atmosfer dihentikan.

Apa Yang Harus Dilakukan untuk Mengurangi Pemanasan Global?

Untuk mengurangi orang-efek jangka panjang, banyak negara, masyarakat dan individu telah mengambil tindakan sekarang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pemanasan global yang lambat dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan penggunaan energi terbarukan, memperluas hutan, dan membuat pilihan gaya hidup yang membantu untuk mempertahankan lingkungan.
Apakah mereka akan mampu merekrut cukup banyak orang untuk bergabung, dan apakah upaya gabungan mereka akan cukup untuk menghindari dampak yang paling serius dari pemanasan global? ini adalah pertanyaan terbuka yang hanya dapat dijawab oleh perkembangan masa depan.